Apakah seribu kebaikan seseorang akan hilang hanya dengan
satu keburukan? Bukankah setiap manusia itu memang wajar melakukan salah?
Seperti nasihat orangtuaku “perbuatan baik seseorang harus selalu diingat
sampai kita mati, tetapi keburukan seseorang terhadap kita harus cepat
dilupakan agar tak menjadi duri dalam hati J”
kesalah fahaman akan menghancurkan segalanya, komunikasilah yang terpenting.
Aku feni, 17th. Beranjak dewasa setelah kemarin merayakan
sweet 17th bersama keluarga dan sahabatku. Ya, aku mempunyai keluarga dan
sahabat yang dititipkan tuhan untuk menjaga dan menemaniku di dunia. Ini
sahabatku, meli, lala, dan ana. Aku mengenal mereka sejak pertama kali masuk
SMA. Aku menyayangi mereka seperti keluargaku sendiri.
Sampai tiba saatnya persahabatan kami harus diuji...
“Fen, lagi deket ya sama boy?” tanya meli kepadaku saat jam
istirahat
“hehe emang kenapa?”jawabku dengan wajah menyeringai
“lala suka sama boy, emang lala ga cerita sama lu?”
Aku terdiam mendengar pertanyaan meli
“fen, kok lu malah bengong?” suara meli yang cempreng
membuyarkan pikiranku
“engga kok, gua gak lagi deket sama boy. Cuma temen aja haha
yaudah gua mau ke kamar mandi dulu ya” aku menjawab dengan santai sambil
berlalu meninggalkan meli
Entah apa yang terjadi pada lala, seminggu terakhir ini dia
memang bersikap agak aneh kepadaku, dia tidak pernah menemuiku dijam istirahat
ataupun pulang sekolah. Apa dia cemburu aku dekat dengan boy? Tapi aku tak
ingin persahabatanku hancur. Aku coba menyembunyikan segala perasaanku, aku
tahan semua hasratku untuk menceritakan ini kepada sahabat-sahabatku.
“halo ana?”
“iya fen, knp telfon?” jawab ana dengan suara lembutnya
“besok temenin gue ke toko bunga yuk, gue mau beli bunga
buat mamah. Sekalian kita jalan, udah lama kan ga hangout” ajakku kepada ana
“okedeh, sampai ketemu besok ya fen”
“oke”
Keesokan harinya, ketika aku menemui ana dikelas dan hendak
mengajak pergi ke toko bunga tiba-tiba lala datang dengan wajah ketusnya.
“eh lala udh dateng, ayo kita otw skrng” ajakku sambil
menarik tangan meli
“hmm...fen maaf ya gua gabisa nemenin lu” jawab ana dengan
wajah agak ketakutan
“loh tapi kan semalem katanya oke fix, kok sekarang gajadi?”
“ayo pulang” lala menarik meli dan ana pulang dan
meninggalkanku sendiri
Aku bingung harus pergi bersama siapa, dan akhirnya boy yang
mengantarku ke toko bunga. Dan aku membeli 3 tangkai bunga mawar putih untuk
ketiga sahabatku, karna hari ini tepat 2tahun aku mengenal mereka, tepat 2
tahun kita bersama menjadi seorang sahabat. Aku meletakkan bunga dan satu buah
foto kami berempat didepan pintu rumah mereka. Ku harap mereka bisa kembali
seperti dulu.
Aku merasa kesepian, aku merasa jiwaku hilang, penyemangatku
telah pergi. Mereka meninggalkanku sendiri. Ana, meli, lala ketiga sahabat yang
sangat aku sayangi menjauhiku. Entah apa yang harus ku perbuat. Aku seperti
bayangan kelam bila berada diantara mereka, aku selalu tak dianggap.
Aku memang tak sempurna, aku memang bukan gadis yang baik.
Aku sensitif, bawel, jutek, tapi percayalah kalian bertiga yang telah merubah
hidupku. Aku merasa sangat kesepian....tiga bidadariku telah pergi, tapi aku
akan tetap disini, menunggu kalian kembali kepadaku. Jika kalian membutuhkan
sesuatu, datanglah padaku. Aku bersedia membantu kalian sahabat :’)
“fen, bisa bantu gua ga? Gua gangerti sama pr matematika ini”
ana menghampiriku
“tentu, sini gua bantu” dengan senyum manis aku membantu ana
mengerjakan tugasnya
Tiba-tiba boy datang dan mengajakku pergi.
“ana, maaf ya gua harus pergi sama boy. Nanti malem gua
kerumah lu ya bantuin tugas lu”
“gausah, gua gabutuh bantuan lu” ana pergi meninggalkanku
Berhari-hari mereka menjauhiku, aku tetap sabar. Sampai suatu
hari lala mengalami kecelakaan dan kehilangan darah banyak sekali, ia membutuhkan
darah, untungnya golongan darahku dan lala sama, jadi aku dapat mendonorkan
darahku untuk lala. Namun, seperti biasa lala dan yang lain masih tetap
menjauhiku.
Sudah seminggu aku tidak masuk sekolah, tapi tidak ada
satupun dari mereka yang menjengukku, bahkan untuk sekedar menanyakan kabarku
saja mereka enggan. Hari itu aku beranikan diri menelfon meli
“halo mel”
“ini bukan meli, ini mamahnya, ini siapa?”
“ini feni tante, melinya ada? Daritadi feni telfon ke meli
tapi gak diangkat”
“melinya lagi pergi nonton sama ana dan lala, feni kenapa
gak ikut?”
“engga tante, feni lagi gaenak badan. Yaudah makasih ya
tante”
Meli, lala dan ana pergi nonton tanpa aku? Biasanya kami
pergi nonton berempat, menghabiskan waktu sampai sore diluar. Tapi sekarang?
Mereka pergi tanpa aku, tanpa memberi kabar sedikitpun bahwa mereka akan pergi.
Mungkin namaku memang sudah dicoret dari daftar persahabatan itu. Kupandangi
semua foto-foto disaat kita masih bersama, terlihat begitu indah. Ingin ku
ulangi kembali rasanya masa-masa itu, tapi kini semua tak mungkin.
Mungkin rasa sayang mereka benar-benar telah habis untukku.
Aku terus memandangi layar hpku, berharap ada pesan dari ketiga bidadariku itu,
berharap mereka menanyakan kabarku yang sudah seminggu tidak masuk sekolah.
Mereka malah pergi bersenang-senang tanpa aku.
Ini yang dinamakan persahabatan? Lu tau kenapa kita ngejauh? Karna lu
udah bohongin kita semua. Lu bilang lu gak deket sama boy padahal lu deket sama
boy. Urus aja diri lu sendiri. Dasar temen gatau diri lu!!!
Meli, ana dan lala kompak mengirim sms itu kepadaku. Jatuh
sudah air mata yang selama ini aku tahan.
Seminggu kemudian...
“mel, na, la feni udh meninggal” ucap boy dengan wajah sedihnya
“bohong!! Lu gausah jadi kayak feni deh jadi tukang bohong”
jawab lala dengan emosi
“kalo lu gak percaya ayo kita kerumahnya” ajak boy
“apaansih, gua tau lu lagi deket sama feni. Apa lu udah
jadian sama dia?” tanya lala ketus
“gausah banyak tanya. Udah ayo sebelum terlambat dan kalian
nyesel galiat feni buat yang terakhir kalinya” ucap boy meyakinkan meli, ana
dan lala
“halah gua tau ini semua Cuma akal-akalan kalian berdua, gua
gasudi nyamperin tukang bohong kayak dia”
“oke terserah kalian jangan sampe nyesel” lalu boy pergi
Apa mungkin kesalahanku sudah begitu besar dimata mereka?
Sampai mendengar kabar kematiankupun mereka tetap acuh.
Keesokan harinya boy datang menghampiri meli, lala dan ana
dan memberikan sepucuk surat dari feni
Untuk Sahabatku
Tersayang...
Mel, na, la aku gak
bohong sama kalian. Bertahun tahun kita berteman, gapernah sedikitpun terbesit
di fikiranku buat bohongin kalian. Boy? aku bukan lagi pdkt sama boy. Tapi aku
deket sama boy karna ayahnya. Ayah boy adalah dokter spesialis jantung, dan
dia...dia adalah dokterku. Waktu aku pergi dengan boy dan tidak membantu ana
mengerjakan tugas, itu karna aku harus melakukan rekam jantung dan kontrol ke
rumah sakit dengan ayahnya boy. Waktu kecil aku punya penyakit lemah jantung
dan beberapa bulan yang lalau aku difonis gagal jantung oleh dokter.
Terimakasih kalian
telah memberikan kesempatan untuk jantung ini merasakan rasanya bahagia,
terimakasih sudah memberikan kebahagiaan selama jantung ini berdegub.
2minggu aku sakit, kalian
gak menanyakan kabarku, kalian gak menjengukku. Kalian kejutkan aku dengan sms
seperti itu. Jantung ini sakit. aku merasa gak kuat menahan semua ini dalam
hati. Aku cuma pesan kalau suatu saat jantung ini berhenti berdetak, aku ingin
kalian ada disampingku, tetep menemaniku. Jaga persahabatan ini, jangan sampai
kesalah pahaman menghancurkan semuanya.
Lala, biarkan darahku
mengalir dalam tubuhmu. Maafkan aku sudah tidak jujur kepada kalian bertiga
tentang penyakitku, aku tidak mau membuat kalian khawatir. Simpan bunga dariku baik-baik ya, aku menyayangi kalian
FENI
Seketika mereka
bertiga menangis membaca surat dari feni. Mereka tidak bisa melihat jasad feni
untuk terakhir kalinya karna keegoisan mereka, mereka hanya bisa memandangi
mawar putih pemberian feni beberapa minggu lalu dan akhirnya mereka sadar bahwa selama ini
mereka telah salah paham kepada feni dan meninggalkan feni. Seharusnya mereka
bisa menemani feni di sisa hidupnya.
Seharusnya dalam hal apapun harus saling terbuka sehingga
tidak muncul kesalah fahaman. Apapun kesalahan yang diperbuat oleh sesorang,
katakanlah! Agar kita bisa tahu alasan ia melakukan hal yang menurut kita
salah. Jangan memandang segala hal hanya sebelah mata, apa yang kita lihat
belum tentu sama dengan yang kita dengar dan apa yang kita dengar belum tentu
sama dengan apa yang kita lihat ;)
-Idriw-